Korban selama Protes Antipemerintah di Kenya Meningkat Jadi 39 Tewas
2 min readAsap gas air mata mengepul di pusat kota Nairobi setelah para pengunjuk rasa membakar jalan-jalan utama di ibukota dan melempari polisi dengan batu di distrik pusat bisnis.
Protes-protes ini, yang dimulai sebagai luapan kemarahan secara online atas kenaikan pajak sebesar hampir $2,7 miliar dalam sebuah rancangan undang-undang keuangan, telah berkembang menjadi sebuah gerakan nasional melawan korupsi dan salah urus negara.
Anggaran 2024-25 Kenya tersebut awalnya ingin memecahkan masalah sulit di negara itu, mengatasi utang negara yang menjulang tinggi sambil melindungi pemulihan ekonomi yang rapuh.
Namun, rencana fiskal yang diumumkan oleh Menteri Keuangan Njuguna Ndung’u pada tanggal 13 Juni, telah memicu gerakan yang dipimpin oleh kaum muda yang dengan cepat kemudian berkembang menjadi krisis politik besar bagi pemerintahan Presiden William Ruto.
Ndung’u memuji upaya-upaya untuk mengurangi biaya hidup dan memacu kebangkitan dari pandemi dan guncangan iklim seperti banjir besar. Namun, anggarannya memproyeksikan defisit 3,3%, turun dari 5,7% pada tahun sebelumnya, dan bergantung pada pengumpulan dana sebesar $2,7 miliar melalui kenaikan pajak baru.
Warga Nairobi Casper Khayeka mengatakan, “Anggaran ini, menurut saya tidak akan menguntungkan sebagian besar warga, justru akan membawa banyak penderitaan terutama bagi orang biasa, karena semua komoditas dasar akan terpengaruh oleh pajak ini yang sebenarnya dinaikkan.”
Presiden William Ruto telah membatalkan kenaikan pajak dalam rancangan undang-undang keuangan yang diusulkan itu, namun seruannya untuk berdialog ditolak.
Partai oposisi Kenya, Gerakan Demokratik Oranye (ODM), mengadakan pertemuan komite pusat pada hari Selasa (7/2), untuk membahas krisis yang sedang berlangsung di negara tersebut.
Menurut Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Kenya (KNCHR), setidaknya 39 orang telah tewas dalam bentrokan dengan polisi selama aksi-aksi protes dalam dua minggu terakhir. Para aktivis telah mengedarkan seruan untuk melakukan pemogokan lebih lanjut dan pembangkangan sipil kecuali Ruto mundur, menuduhnya gagal melindungi warga Kenya. [my/jm]